GELOMBANG laut selatan yang ganas menambah keangkeran Pantai Karanghawu, sekitar 75 kilometer arah selatan Kota Sukabumi, Jawa Barat. Nama Karanghawu berasal dari adanya gugusan batu karang yang menyerupai hawu atau tungku di lokasi itu.
Pemandangan di tepi laut itu sungguh bertabur pesona dengan hamparan pasir nan lembut membuat hati seolah enggan beranjak pergi. Sehingga suara gemuruh ombak yang menimbulkan rasa miris di hati sedikit terobati.
Batuan keras berbentuk lempengan yang menjorok ke laut makin melengkapi keindahan alam di pantai itu. Batuan itu merupakan terumbu karang yang telah mati dan mengeras. Konon, batu yang menjorok ke laut itu merupakan "singgasana" ratu laut selatan, Nyi Rara Kidul.
Di tempat itu juga ada dua gugusan gunung kecil alias bukit. Tepat di bibir pantai ada Gunung Winarum, sedangkan di seberang jalan menuju daerah Cisolok terdapat bukit yang dikenal dengan nama Gunung Rahayu. Di kedua puncak bukit itu terdapat makam dan petilasan keramat. Setiap saat, terutama pada malam Jumat Kliwon, ratusan peziarah mendatangi bukit itu.
Banyak peziarah yang datang ke Gunung Winarum karena diduga di tempat itu terdapat makam Syeh Hasan Ali, ulama besar dari Banten. Konon, dulu bukit itu merupakan tempat pertemuan 40 aulia untuk mengatur penyebaran ajaran agama Islam di daerah selatan Sukabumi. Sedangkan di puncak Gunung Rahayu ada makam tokoh penyebar agama Islam lainnya, yaitu Raden Dikudratulloh dan Raden Cengkal Kudratulloh, keturunan Sunan Gunung Jati.
Namun, Karanghawu justru lebih dikenal sebagai tempat bermukim Nyi Rara Kidul. Di tengah pekat malam, banyak peziarah datang dan "mandi suci" di tepi batu karang. Gunung Winarum juga selalu dibanjiri para pengunjung yang ingin "bersua" dengan sang penguasa laut selatan itu. Tak mengherankan bila selain menjual cenderamata khas Sukabumi berupa produk kerajinan batu aji, banyak kios di atas bukit itu yang menjajakan foto diri Nyi Rara Kidul.
Di atas bukit itu juga terdapat sebuah rumah yang dikenal sebagai tempat persinggahan penguasa laut selatan itu berikut dayang setianya. Sekilas, bangunan itu tak ada bedanya dengan tempat tinggal penduduk setempat. Namun, begitu memasuki ruangan, nuansa mistis langsung terasa. Dinding ruangan itu dihiasi lukisan dan foto perempuan cantik yang mengenakan kebaya warna hijau dipadu kain panjang.
Di tengah ruangan, tampak peraduan yang dikelilingi kelambu hijau. Sejumlah pengunjung terlihat tekun menerima wejangan dari sang juru kunci. Beberapa di antara mereka kemudian berpose di dekat peraduan.
Pada sisi bukit yang menghadap ke laut lepas, terdapat sebuah batu menyerupai kursi. Ujang mengatakan, batu itu konon kerap dijadikan tempat bersemadi sejumlah tokoh nasional. "Dulu ada yang memotret batu itu, ternyata di dalam foto itu batu tersebut jadi perempuan cantik sedang duduk bersimpuh," papar Ujang, pemandu wisata.
Tepat di bawah bukit itu terdapat hamparan batu karang yang memiliki banyak lubang. Pada beberapa cekungan batu karang itu tampak digenangi air laut yang jernih. Para pengunjung terlihat membasuh muka dengan air dalam cekungan itu yang konon membawa berkah. Bahkan, sejumlah orang memasukkan air laut ke dalam botol.
PESONA Pantai Karanghawu memang sungguh menawan dan membuat terlena terhadap keganasan laut selatan yang telah menelan banyak korban jiwa. Pada beberapa kasus, korban terseret arus balik lalu terjepit di antara celah-celah karang. Di lokasi pantai landai berpasir seperti Karanghawu, ada banyak terumbu karang yang telah mati atau batuan keras menjorok ke laut sehingga berpotensi mencelakakan wisatawan.
Perihal musibah ini, penduduk setempat memiliki jawaban sederhana, korban dijadikan tumbal ratu laut selatan. Untuk kepentingan pariwisata, legenda seputar Nyi Rara Kidul ini tetap perlu dilestarikan karena merupakan daya tarik budaya berbau mistik yang cukup disenangi para wisatawan domestik.
Namun, perlu diusulkan penambahan petugas dan peralatan untuk penjaga pantai. Pemasangan rambu-rambu peringatan di areal pantai juga sangat penting demi keselamatan pengunjung.
Dengan penataan kawasan Pantai Karanghawu diharapkan dapat menyedot wisatawan. Apalagi pantai yang terletak sekitar 160 kilometer dari Jakarta ini relatif mudah dijangkau. Cukup menuju ke daerah wisata Pelabuhanratu, Kabupaten Sukabumi. Jika menggunakan kendaraan umum, dapat naik bus maupun kereta api listrik dari Jakarta menuju Kota Bogor. Dari terminal, bus-bus pariwisata ber-AC siap mengantarkan ke Pelabuhanratu.
Pemandangan alam di sepanjang perjalanan dari arah Kota Sukabumi menuju Pelabuhanratu sangat memikat. Namun, jalannya berkelok-kelok dan bergelombang. Di sisi jalan terdapat jurang menganga diselingi lahan pertanian yang luas.
Begitu memasuki kawasan wisata Pelabuhanratu, pengunjung dapat menyaksikan aktivitas para nelayan seusai melaut di dermaga Pelabuhan Perikanan Nusantara. Dari dermaga tersebut tinggal menempuh perjalanan sejauh sekitar 10 kilometer arah Cisolok di atas jalan beraspal. Bisa naik angkutan umum menuju Pantai Karanghawu dengan tarif Rp 2.000 per orang. atau dengan ojek berkisar Rp 15.000.
Dengan segala kenyamanan yang ada, berwisata ke Pantai Karanghawu merupakan pilihan tepat untuk menghabiskan akhir pekan. Sambil minum air kelapa muda, dapat menikmati senja berlalu di pantai nan eksotis itu. (Kompas.com)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar